Challenge 4 days 3 nights round Lake Toba, Melirik Karya Tuhan Dari Puncak Bukit Sipolha - Akhirnya malam kedua telah kita lewati
dengan bermalam di Bukit Holbung, kita berlima terlalu menikmati suasana alam
disana, malah jadi lupa waktu. Jadi pemberangkatan menjadi tidak sesuai
ekspektasi, kita mulai turun dari Bukit Holbung pada pukul 11.45 WIB, agak
ngaret jadi.
Baik tujuan selanjutnya kita akan coba
bermalam di Bukit Sipolha jika Situasi dan kondisinya pas, semoga saja. Saya
cari informasi di Internet, memang terlihat bagus sih lokasinya, jadi kita akan
coba kesana, sambil memenuhi syarat juga melihat Toba dari arah Timur, agar
misi tuntas sudah. Ceritanya kita kebaisan batre HP waktu perjalan terakhir
ini, jadi kita coba menghemat sedemikian rupa untuk bisa sampai kesana, karena
perjalanan ini membutuh GPS. Masalahnya di antara kita tidak ada penduduk asli
batak, jadi ngeri juga jika sampai harus tersesat.
Kebetulan
sekali pada saat kita melakukan perjalan, di sebelah kiri terdapat Masjid yang
kita pikir bisa numpang ngecharge HP untuk sementara waktu sambil mandi. Saat
menghampiri mesjid tersebut, kondisinya memang sangat memprihatinkan, mungkin
tinggi debu di lantai bisa mencapai 1 cm. Untung saja salah satu kawan saya
yang bernama Gani, dia adalah alumni pesantren, jadi dengan sigap dia inisiatif
untuk membersihkan mesjid tersebut dengan menyapunya. Sedangkan yang lain, ada
yang mencari warung untuk mengisi air minum, ada yang mandi, ada juga yang
membetulkan listrik mesjid, karena pada saat mencoba ngcharge, listriknya
mengeluarkan percikan api. Jadi dari pada powerbank kita meledak, mending di
betulkan dulu sementara, agar bisa aman. Sepertinya waktu perjalan kita akan
tambah ngaret lagi, karena ada beberapa kegiatan tak terduga, kemungkinan kita
tidak akan banyak mengeksplore banyak tempat di pulau Samosir nanti.
Kita akan mulai
perjalanan dari Desa Janji Martahan melewati jalan darat ke Samosir, jalan yang
kita lalui namanya adalah Jalan Tele Pangururan, tenang saja kondisi jalannya
tidak begitu buruk, jadi buat para pencinta touring kalian tidak akan mengalami
banyak kendala untuk melewati rute ini. Setelah melewati Samosir, kita akan menyusuri
tepi pulaunya melewati Jl. Gereja. Sepanjang jalan di Samosir kita banyak di
suguhkan oleh pemandangan – pemandangan yang menakjubkan, selain itu juga jika
saja kami memiliki waktu panjang maka akan menepi dulu di beberapa tempat
wisata.
Wisata yang
kita lewati adalah Pantai Indah Situngkir, Pasir Putih Paraba, Pantai Indah
Simarmata, Pantai Batu Hoda, Museum Huta
Bolon Simanindo, Tugu Sitio.
Waktu itu jam
telah menunjukan pukul 17.00 WIB, jadi kami hanya memanfaatkan waktu untuk
belanja bahan makanan di pasar terdekat sebelum menuju ke pelabuhan Simanindo
menuju pelabuhan tiga ras. Jarak penyebrangan memakan waktu satu jam, mau tidak
mau kita harus mengorbankan sunset yang tadinya mau di nikmati di lokasi.
Suasana di
pelabuhan pada saat itu sangatlah padat, jika tidak selap – selip positif pasti
akan ketinggalan perahu. Senggol – senggolan sudah menjadi pemandangan biasa
sepertinya, bicara nada tinggi sudah
menjadi makanan telinga saya pada waktu itu. Tapi saya salut kepada para
petugas kapalnya, mereka bisa menyulap semua motor bisa masuk ke perahunya. Mungkin
sudah biasa ya? Tapi sumpah saya baru pertama kali melihat pemandangan yang
tidak biasa ini, mereka juga menyusun motor – motornya dengan sangat rapih,
meskipun ruang untuk berjalan agak sedikit sempit sih. Awalnya saya masih
hawatir akan beban yang di bawa perahu, takutnya tidak sesuai dengan kondisi
perahunya. Tapi karena tuhan masih
sayang sama kita, jadi sangat bersyukur kita bisa selamat hingga tujuan tanpa kendala
sedikitpun.
Setelah sampai
di Pelabuhan tiga ras, kita harus melewati jalan Dolok Pardamean. Sialnya pada
saat itu, HP kita pada low semua, jadi banyak sekali jalan – jalan eksperimen
yang akhirnya kita lewati, langit semakin gelap, jalanan malahsemakin sini semakin ektrim, apa
kitanya aja yang kesasar hehe… jalan malah jadi penuh lubang, ditambah lagi jalannya yang tidak rata, hanya tumpukan bebatuan
sepanjang jalan sambil berkelok – kelok mendaki perbukitan. Selama lebih dari 30
menit kita sama sekali belum menemukan rumah penduduk, apalagi kendaraan yang lewat. Dengan Percaya diri, kita coba terobos saja
terus dengan hati yang penuh dengan keyakinan, hingga akhirnya kita menemukan
warung yang penghuninya hanya beberapa orang saja pada waktu itu. Kita pun
menenepi sejenak, sambil membeli minuman segar dulu untuk memulihkan energi,
untung penjualnya baik, jadi tanpa
ditnya mereka sudah tahu tujuan kita akan kemana. Hebat bener pikir saya, jadi
kita tidak perlu banyak bertanya. Dia akhirnya menjelaskan rute jalannya dengan
detail, ternyata kita selama perjalan tadi keluar jalur, padahal menuju bukit
Sipolha dekat juga dan jalannya aspal ternyata.
Tidak mau
menghabiskan banyak waktu, kita lanjutkan perjalanan dan akhirnya menemukannya.
Karena langit sudah gelap, jadi kita tidak tahu seberapa indah panorama disini.
Kita fokuskan dulu untuk membangun tenda.
Kalian tidak usah hawatir, sudah sampai ke lokasi, pemukiman sudah banyak. Warganya sangat baik, baik di daerah sini, jadi saya pribadi tidak terlalu hawatir. Parkiran memang seadanya dipinggir jalan tanpa atap pelindung. Tetapi kalian jangan takut karena si penjaga parkir tetap setia berada dilokasi parkiran dengan biaya parkir hanya 2 ribu/sepeda motor. Kita juga tidak dikenakan biaya restribusi apapun memasuki wilayah Bukit Sipolha alias Gratis.
Dari lokasi parkiran, kita akan memilih spot untuk menikmati Alam Bukit Sipolha ini. Ada dua spot yang bisa kita gunakan untuk bermalam. Jika ke sebelah kanan, kalian akan mendaki bukit paling cuman 5 menitan, keunggulannya kalian akan di suguhi langsung pemandangan sunset, sunrise dan juga pulau Hole. Untuk menuju ke pulau Hole ini harus menggunakan perahu, satu perahu memakan kocek Rp. 100.000, jadi jika kita ada 10 orang maka per orang akan menyumbang Rp.10.000, agak terjangkau juga bukan. Tapi sayangnya kita sampai pada malam hari, jadi fasilitas untuk menyebrang sudah tidak ada lagi. Katanya di pulau Hole ini sangat mungkin juga untuk di gunakan kemping, tapi ingat selalu jaga sampah yang kalian bawa ok, jangan sampai pemandangannya rusak gara - gara ulah kalian yang tidak bertanggung jawab.
Untuk Spot keduanya, kalian bisa lewati kiri. Nanti kita akan melewati turunan yang sedikit licin jika hujan, namun kalian jangan hawatir, spot disini juga memiliki kelebihan. Jadi kita bisa langsung mengahadap dan menyentuh air Tobanya langsung. Jadi kalian memilih Bukit atau mau renang di danau Tobanya?
Pilihan kita waktu itu memang sengaja dekat air, karena sudah dua malam kita selalu menginap di perbukitan mulu, sekali – kali mencoba yang dekat air bener ga?
Pada pagi harinya, saya dengan Faqih langsung menuju ke puncak bukit Sipolha untuk menikmati pemandangan disana. Ketiga kawan saya masih lelap masalahnya, jadi kita tidak tega mengganggunya, biarkan mereka istirahat dulu.
Setelah sampai
di puncak, ternyata panoramanya benar – benar keren, mungkin yang punya
penyakit galau atau stress bisalah di rekomendasikan untuk bermeditasi disini. Penampkan
pulau Hole dari bukit Sipolha ini, saya jadi teringat film Ragnarock yang
menemukan pulau mata Zeus. Tapi jika banyak kabut kayaknya, bisa mirip
pemandangan Bromo juga sekilas. Yah itumah pinter – pinter kalian aja namain
apa.
Setelah satu
jam kita nikmati pemandangandi puncak bukit Sipolha, saatnya mencari bahan
makan. Oh ia, lupa belum di ceritai. Bahan makan yang kita beli di Samosir
sudah lenyap di santap pada saat makan malam. Rencanya menu pagi ini temanya
seafood, jadi sebisa mungkin kita harus mencari yang jual ikan, kalo Faqih
kepengen makan Tempe, jadi sekalian juga nyari tukang sayuran. Namun setelah
berkeliling, ternyata hasilnya nihil.
Setelah menuju
perjalanan pulang, tidak sengaja mata saya melihat banyak Lobster dalam ember. Jadi
saya belokan niat untuk kembali ke Tenda, kita menghampiri si penjual Lobster. Pedagangnya
sangat enak di ajak ngobrol, dia sangat welcome.
Jadi kita tidak terlalu segan untuk melakukan tawar – menawar, hasilnya
memuaskan kita banyak di beri Bonus oleh si pedagangnya,
Saatnya
memasak, sebenarnya urusan masak - memasak adalah tanggung jawabnya Faqih dan
Gani. Tangan mereka sudah lihai untuk membuat masakan – masakan biasa menjadi
sekelas restoran, jadi kita percaya saja. Selagi menunggu masakannya beres,
kita manfaatkan waktu untuk berenang ria di air Danau Toba, meskipun begitu
kita juga harus tetap jaga tatakrama kepada alam. Takunya ada urusan dengan
masalah gaib kita kan tidak tahu, makanya di perhatikan juga dalam beretika
bukan hanya dengan manusia, tetapi dengan alam.
Pada saat saya
pertama kali menyelam disini, sebenarnya ada perasaan sedih. Karena di dasar
danaunya terdapat banyak sampah – sampah non – organik yang umurnya tidak
terlalu lama. Ternyata di balik keindahan yang sangat luar biasa ini,
terkandung ratusan sampah yang tidak di perhatikan di bawah sini. Seterusnya kita
menikmati waktu – waktu luang, karena hari ini kita sudah harus menuju Medan
lagi untuk melakukan kegiatan – kegiatan rutin. Meskipun agak kecewa karena
tidak banyak spot yang kita kunjungi, tapi setidaknya berhasil mencapai misi
tepat waktu.
Ya beginilah
cerita singkat perjalanan kita dan menikmati bukit Sipolha, semoga bisa
menambah referensi.
“Jadi Di Ingatkan Sekali Lagi, Bahwa Kemanapun Kita
Berlibur Atau Mengunjungi Tempat – Tempat Selain Milik Kita. Jangan Lupa Untuk
Selalu Jaga Keorsinilan Tempatnya, Maka Kita pun Akan Merasakan Imbalannya
Secara Tidak Langsung. Jadi Tolong Ya J”
Share this
1 komentar:
komentarBanyak orang yg bilang "Danau Toba selalu indah dari sisi manapun", tampaknya kami memang harus mengakuinya.
Reply